Kehidupan dunia yang telah Allah Ta’ala amanahkan kepada
kita merupakan ladang bagi kita untuk memperbanyak amalan ibadah kepada Allah
Ta’ala. Tidak ada sebaik-baik bekal menghadap Allah Ta’ala kecuali dengan
ketakwaan. Sedangkan ketakwaan tersebut tidaklah diraih seorang hamba kecuali
dengan memberbanyak ibadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman :
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah,
dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai
orang-orang yang berakal.”(al Baqoroh : 197).
Umur yang Allah
Ta’ala berikan kepada kita sedikit. Kita harus banyak beribadah dan lebih jeli
memilih amalan yang nantinya menjadikan Allah Ta’ala ridha kepada kita ketika
kita bertemu-Nya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
أَعمار أمتي
ما بين الستين إلى السبعين
“Umur umatku
rata-rata 60 sampai 70 tahun.” (HR. Ibnu Hibban, Syaikh Syuaib al Arnauth
berkata : Hadist Hasan).
Amalan yang tidak terputus
Diantara yang
harus menjadi pertimbangan dalam memilih amal adalah memilih amalan yang tidak
terputus meski kita sudah meninggal dunia. Hal tersebut karena pahala dari
amalan tersebut akan terus mengalir kepada kita meski kita sudah meninggal
dunia. Diantara amalan-amalan yang tidak terputus pahalanya meski kita sudah
meninggal dunia adalah sebagaimana berikut :
Shodaqoh Jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya
Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda :
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " إِذَا مَاتَ
ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ،
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
" .
“Dari Abu Hurairoh dari Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersaba : “Jika anak Adam meninggal dunia, maka
amalannya terputus kecuali tiga hal : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak shaleh yang mendoakannya.”(HR. Muslim)
Imam Nawawi berkata dalam syarh Shahih Muslim : Makna hadist ini
adalah bahwa amalan mayit terputus dengan kematiannya, terputus pula pahala
darinya, terkecuali dari tiga hal ini.
Amalan pertama yang tidak terputus dengan kematian adalah shodaqoh
jariyah. Sodaqoh jariyah bisa berbentuk pembangunan masjid, pondok pesantren
dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang dakwah dan amal Islami. Ketika
ada seorang muslim yang diberikan kelebihan harta, maka haruslah dia
menginfakkannya dalam bidang ini. Tentunya kita juga harus jeli dan teliti
ketika mewakafkan sebagaian dari harta yang kita miliki. kita harus benar-benar
yakin bahwa apa yang kita wakafkan benar-benar digunakan untuk perjuangan Islam
dan akan dijalankan dalam jangka yang cukup lama. Mengingat kita mendapatkan
banyak lembaga-lembaga yang tidak amanah dalam menjalankan wakaf yang
diamanahkan kepada mereka.
Amalan kedua yang tidak terputus karena kematian adalah ilmu yang
bermanfaat. Maksud ilmu disini adalah ilmu dien yang dengannya kita mengetahui
perkara yang diperintahkan dan perkara yang dilarang. Untuk mendapatkan
kemuliaan ini bisa kita tempuh dengan mempelajari ilmu dien ini dan mengajarkan
serta mendakwahkannya kepada kaum muslimin. Kalau seandainya kita termasuk
orang-orang yang belum diberikan kesempatan untuk fokus belajar dien, maka bisa
kita tempuh dengan membiayai dan mengkader seseorang untuk fokus belajar dien
dan mendakwahkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
الدَّالِّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
“Seseorang
yang menunjukkan kepada kebaikan adalah sebagaimana pelakunya.” (HR. Abu Daud,
Syaikh al Bani berkata : Hasan Shahih).
Amalan yang ketiga yang tidak terputus karena kematian adalah anak
shaleh yang mendoakan orang tuanya. Bagi orang hendaknya prioritas utama dalam
mendidik anaknya adalah perkara dien. Seorang anak jika dia memahami dien
secara mendalam, ia akan sangat bermanfaat bagi orang tuanya. Anak tersebut
akan selalu mengingatkan orang tua
ketika mereka berjalan tidak pada jalur yang benar. Ketika orang tua sudah
tiada, anak tersebut akan selalu mendoakan dan melakukan amalan yang bermanfaat
bagi keduanya. Mengarahkan anak kepada pemahaman dien yang shahih bisa lewat
menyekolahkan anak ke pondok pesantren yang berpemahaman lurus. Seandainya
tidak memungkinkan, maka dengan mengarahkan anak tersebut untuk belajar kepada
ahlu ilmi yang berpemahaman lurus. Tentunya suasana keluarga dan kondisi orang
tua juga harus dalam suasana rumah tangga yang Islami.
Selain ketiga amalan tersebut, ada amalan lain yang tidak terputus
dengan kematian seseorang. Amalan tersebut adalah ribat di jalan Allah Ta’ala.
Ibadah Ribat adalah : Menjaga perbatasan daerah kaum muslimin dengan orang
kafir, sehingga orang kafir tidak menyusup ke wilayah kaum muslimin. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ
إِلَّا الْمُرَابِطَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجْرِي عَلَيْهِ أَجْرُهُ حَتَّى يَوْمَ
الْقِيَامِ وَيُوقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Setiap mayyit ditutup amal mereka kecuali
orang yang ribat di jalan Allah. Amalannya akan terus mengalir kepadanya hingga
hari kiamat. Dia juga diselamatkan dari fitnah kubur.”(HR. Abu Daud, Syaikh al
Bani berkata : Hadist Shahih).
Semoga Allah Ta’ala memberikan tsabat(keteguhan) bagi
saudara-saudara kita yang pada hari ini sedang ribat di Syam, Yaman dan bumi
jihad lainnya. Semoga Allah Ta’ala juga mengumpulkan kita bersama mereka.Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar